“Ada pameran gambar 3 dimensi, datang yuk”, ajakku ke suami. “Oke”, jawaban singkat yang membuatku senang sekali. Berangkat kita ke suatu pusat perbelanjaan ternama di kawasan Melawai, Jakarta Selatan dengan menggunakan bus transjakarta dan tidak lupa membawa kamera saku. Pameran gambar tiga dimensi adalah pameran yang menampilkan hasil karya berupa lukisan (gambar) dengan teknik gambar yang menghasilkan bentuk ruang yang dalamnya terisi atau memiliki atau volume. Sehingga memiliki kesan hidup dan nyata di pandangan mata kita. Sesampai di sana, kita takjub dengan keunikan gambar tiga dimensi yang ditampilkan, hunting foto sebanyak mungkin, berbagai angle dan pose terbaik dilakukan demi mendapatkan efek menyatu dengan gambar tiga dimensi. Kocak, narsis dan halu sekali. Selain itu perlu kesabaran juga, ya karena mengarahkan gaya dan meminta orang untuk mengambil angle yang sesuai keinginan itu tidak gampang. Jepret, lihat, hapus, ulang, jepret lagi hingga kaki letih tidak terasa.
Tibalah kita di suatu gambar
yang agak sepi dari peminat, mungkin gambar ini kurang asyik dan menjadi
pemandangan yang biasa bagi orang-orang. Gambar itu, pemandangan pelataran
Masjidil Haram dengan bangunan kubus hitam yang sangat khas di tengahnya yaitu
Ka’bah. Melihatnya diri ini rindu mengunjunginya kembali dan terbesit keinginan
mengunjunginya kembali bersama belahan jiwa terkasih. Siapa lagi jika bukan sesorang
yang ada di sebelahku ini. “Kita foto berdua di sini ya, nanti minta tolong ke
orang buat fotoin”, rayuku. “Siapa tau besok-besok kita bisa pergi ke tanah
suci, Aku siap jadi tour guidenya”, kataku mantap. “Pose tangan gini” kata
suamiku sambil menirukan pose tangan orang minta maaf seperti di kartu ucapan
lebaran. “Cekrek”.
Setelah sekian purnama, kita terlupa dengan foto di gambar tiga dimensi pelataran Masjidil Haram itu. Hingga suatu ketika di bulan Agustus 2022, “Labbaik allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika lak” berkali kali kita dengungkan selagi berjalan menuju pelataran Masjidil Haram. Alhamdulillah serangkaian rukun dan ibadah umroh telah kita tunaikan dengan lancar dan kembali ke tanah air dengan penuh kegembiraan dan kerinduan yang susah untuk diucapkan lewat kata-kata. Suatu perjalanan yang indah, nyess di hati dan ingin terus diulang kembali. Semua kenangan yang terabadikan di handphone dengan segera aku cadangkan di drive laptop. Saat melihat foto kita di pelataran Masjidil Haram dengan background Ka’bah. Deg, diri ini teringat, sepertinya dulu pernah berpose di tempat ini. Bukan di Mekkah, tapi di Indonesia. “Ah iya, pameran gambar tiga dimensi beberapa tahun yang lalu”, ucapku sambil mencari-cari di folder mana foto itu tersimpan.*
“Masyaa Allah wa laahawla wa laquwwata illa
billah, ucapan saat itu terkabul. Alhamdulillah”, ucapku lirih dengan perasaan
membuncah terharu bahagia. Inilah kekuatan ucapan, hingga akhirnya sering kita
mendengar di keseharian bahwa, “Ucapan itu Doa”, “Hati-Hati dengan ucapan”, “Ucapkan yang
baik-baik” dan perkataan lain yang sejenis. Allah telah mengabulkan ucapanku
saat itu dan persis sesuai keinginanku. Kembali berkunjung ke tanah haram dan
menjadi guide tidak hanya untuk suami, tetapi juga kedua
orangtuanya, Allah memberikanku bonus
amanah. Dari foto halu dulu itu, aku semakin meyakini bahwa Allah sungguh Maha
Baik terhadap ucapan baik yang terlontar, baik dengan atau tanpa disadari bisa
menjadi kenyataan tanpa melihat di mana ucapan itu dilontarkan. Ya, aku mengucapkannnya di pameran yang diselenggarakan
di pusat perbelanjaan bukan di tempat ibadah. Beranilah bermimpi teman-teman
atas segala hal yang menjadi keinginanmu, Insyaa allah gerak langkah dan doamu
akan membawa teman-teman menuju impianmu itu. Terlebih impian yang baik dan
tidak menyelisihi agama, Allah akan memampukan dan mewujudkannya menjadi nyata.
Insyaa Allah.
*Maaf jika foto wajah
tidak ditampikan secara utuh. Semoga dijadikan maklum.
__________________________________________________________________________
Tulisan ini dibuat dan alhamdulillah terpilih menjadi salah 1 dari 10 tulisan terpilih dalam Challenge Menulis Tema "Berani Bermimpi" yang diadakan Rumbel Menulis Ibu Profesional Depok dalam KulWhap "Rahasia Optimalisasi Tulisan Non Fiksi".
Posting Komentar